Journalism facing new threats from AI and censorship, Human Rights


Tentu, mari kita bedah artikel “Jurnalisme Menghadapi Ancaman Baru dari AI dan Sensor” yang diterbitkan PBB pada 2 Mei 2025, seperti yang Anda minta.

Jurnalisme di Ujung Tanduk: Ancaman Ganda dari AI dan Sensor Mengintai (Berdasarkan Laporan PBB, Mei 2025)

Jurnalisme, yang merupakan pilar penting dalam masyarakat demokratis, semakin terancam keberadaannya. Menurut laporan PBB yang dirilis pada 2 Mei 2025, dua kekuatan besar sedang menggerogoti kebebasan pers dan kualitas informasi yang diterima publik: kecerdasan buatan (AI) dan sensor.

1. Kecerdasan Buatan: Pedang Bermata Dua

AI, yang tadinya dipandang sebagai alat yang mempermudah kerja jurnalis, kini menjadi sumber kekhawatiran baru. Berikut adalah beberapa masalah utama yang diangkat dalam laporan PBB:

  • Disinformasi yang Lebih Canggih: AI dapat digunakan untuk menghasilkan berita palsu (hoaks) dan propaganda dengan kualitas yang semakin sulit dibedakan dari berita asli. Video dan audio palsu (deepfake) yang dibuat oleh AI dapat menyebar dengan cepat, merusak reputasi individu dan lembaga, serta mengacaukan opini publik.
  • Otomatisasi dan Pengangguran: AI dapat mengotomatiskan tugas-tugas jurnalistik tertentu, seperti menulis berita singkat berdasarkan data atau menyunting teks. Hal ini berpotensi menyebabkan hilangnya pekerjaan bagi jurnalis, terutama mereka yang bekerja di media lokal atau independen.
  • Bias Algoritma: Algoritma AI yang digunakan dalam penyebaran berita atau rekomendasi konten dapat memperkuat bias yang sudah ada dalam masyarakat. Hal ini dapat menyebabkan kelompok-kelompok tertentu terpinggirkan atau distereotipkan, dan menyulitkan masyarakat untuk mendapatkan informasi yang beragam dan seimbang.
  • Pengawasan dan Pelacakan: AI dapat digunakan untuk memantau dan melacak aktivitas jurnalis, sumber informasi mereka, dan pembaca berita. Hal ini dapat mengancam kerahasiaan sumber berita, menghambat kebebasan berekspresi, dan menciptakan iklim ketakutan di kalangan jurnalis.

2. Sensor: Pembungkaman yang Semakin Canggih

Sensor, dalam berbagai bentuknya, terus menjadi ancaman serius bagi jurnalisme di seluruh dunia. Laporan PBB menyoroti beberapa tren yang mengkhawatirkan:

  • Sensor Digital: Pemerintah dan perusahaan teknologi menggunakan algoritma dan filter untuk menyensor konten online yang dianggap kritis atau tidak sesuai dengan kepentingan mereka. Hal ini dapat mencakup pemblokiran situs web, penghapusan unggahan media sosial, dan manipulasi hasil pencarian.
  • Hukum yang Membatasi: Banyak negara memberlakukan undang-undang yang membatasi kebebasan pers dengan dalih keamanan nasional, penanggulangan terorisme, atau perlindungan dari ujaran kebencian. Undang-undang ini sering kali digunakan untuk mengkriminalisasi jurnalis yang melaporkan isu-isu sensitif atau mengkritik pemerintah.
  • Kekerasan dan Intimidasi: Jurnalis di banyak negara menghadapi kekerasan, intimidasi, dan bahkan pembunuhan karena pekerjaan mereka. Impunitas (kekebalan hukum) bagi pelaku kejahatan terhadap jurnalis terus menjadi masalah serius, mendorong praktik otosensor (self-censorship) di kalangan jurnalis.
  • Kontrol Media: Pemerintah atau kelompok bisnis yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintah dapat mengendalikan media massa, memastikan bahwa narasi yang dominan adalah yang sesuai dengan kepentingan mereka. Hal ini dapat menghambat pluralisme media dan menyulitkan masyarakat untuk mendapatkan informasi yang independen dan akurat.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Laporan PBB ini menyerukan tindakan segera untuk melindungi jurnalisme dari ancaman AI dan sensor. Beberapa rekomendasi yang diajukan antara lain:

  • Regulasi AI: Pemerintah harus mengembangkan regulasi yang jelas dan transparan untuk mengatur penggunaan AI dalam jurnalisme, memastikan bahwa teknologi ini digunakan secara bertanggung jawab dan etis.
  • Perlindungan Hukum bagi Jurnalis: Negara-negara harus menghormati dan melindungi kebebasan pers, mencabut undang-undang yang membatasi kebebasan berekspresi, dan menginvestigasi serta menuntut pelaku kejahatan terhadap jurnalis.
  • Dukungan bagi Media Independen: Masyarakat internasional harus memberikan dukungan finansial dan teknis kepada media independen, terutama di negara-negara di mana kebebasan pers terancam.
  • Literasi Media: Masyarakat perlu dididik tentang cara mengidentifikasi dan melawan disinformasi, serta tentang pentingnya mendukung jurnalisme berkualitas.

Dengan mengatasi tantangan-tantangan ini, kita dapat memastikan bahwa jurnalisme tetap menjadi pilar penting dalam masyarakat yang bebas dan demokratis. Tanpa jurnalisme yang independen dan bertanggung jawab, kemampuan kita untuk membuat keputusan yang tepat, meminta pertanggungjawaban para pemimpin kita, dan membangun dunia yang lebih baik akan terancam.


Journalism facing new threats from AI and censorship


AI telah menyampaikan berita.

Pertanyaan berikut digunakan untuk mendapatkan jawaban dari Google Gemini:

Pada 2025-05-02 12:00, ‘Journalism facing new threats from AI and censorship’ telah diterbitkan menurut Human Rights. Silakan tulis artikel terperinci dengan informasi terkait secara mudah dipahami. Tolong jawab dalam bahasa Indonesia.


25

Tinggalkan komentar