[pub1] World: Sorotan Tokyo Bar Association: Problematika Rancangan Undang-Undang Dewan Ilmu Pengetahuan Jepang (Mei 2025), 東京弁護士会

Tentu, mari kita bahas informasi yang relevan dengan mudah dipahami, berdasarkan pemberitahuan dari Tokyo Bar Association.

Sorotan Tokyo Bar Association: Problematika Rancangan Undang-Undang Dewan Ilmu Pengetahuan Jepang (Mei 2025)

Pada tanggal 15 Mei 2025, Tokyo Bar Association (東京弁護士会), melalui Pusat Penanggulangan Masalah Konstitusi (憲法問題対策センター) mereka, menerbitkan kolom ke-39 yang berjudul “Problematika Rancangan Undang-Undang Dewan Ilmu Pengetahuan Jepang (Mei 2025)”.

Publikasi ini menandakan bahwa para profesional hukum, khususnya yang berfokus pada isu-isu konstitusional, memiliki kekhawatiran serius mengenai sebuah rancangan undang-undang (RUU) yang diusulkan terkait dengan Japanese Science Council (日本学術会議 – Nihon Gakujutsu Kaigi).

Apa itu Japanese Science Council?

Sebelum membahas masalahnya, penting untuk memahami peran Japanese Science Council. Ini adalah sebuah organisasi independen yang mewakili komunitas ilmiah terkemuka di Jepang. Tugas utamanya adalah: 1. Mempromosikan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Meningkatkan standar akademik. 3. Memberikan nasihat independen kepada pemerintah mengenai kebijakan-kebijakan terkait sains dan teknologi.

Kemandirian lembaga ini sangat penting agar nasihat yang diberikan murni berdasarkan bukti ilmiah dan keahlian, bukan dipengaruhi oleh pertimbangan politik. Lembaga ini berfungsi sebagai jembatan antara komunitas ilmiah dan pemerintah, serta sebagai suara independen dalam isu-isu sains yang kompleks.

Mengapa Tokyo Bar Association Menyuarakan Kekhawatiran?

Kolom yang diterbitkan pada Mei 2025 ini kemungkinan besar menyoroti poin-poin bermasalah dalam rancangan undang-undang baru tersebut yang, menurut Tokyo Bar Association, dapat mengancam kemandirian dan fungsi efektif dari Japanese Science Council.

Meskipun rincian spesifik RUU tahun 2025 belum tersedia secara luas pada saat kolom ini diterbitkan, berdasarkan perdebatan publik sebelumnya mengenai reformasi Japanese Science Council, kekhawatiran yang mungkin diangkat meliputi:

  1. Pengaruh Pemerintah dalam Pengangkatan Anggota: Salah satu isu paling sensitif di masa lalu adalah proses pengangkatan anggota. Jika RUU baru memberikan kekuasaan yang terlalu besar kepada pemerintah (eksekutif) dalam menentukan siapa yang bisa menjadi anggota, ini bisa dianggap sebagai bentuk intervensi politik. Tokyo Bar Association kemungkinan khawatir bahwa hal ini bisa menghalangi masuknya ilmuwan dengan pandangan kritis atau yang mungkin tidak sejalan dengan pemerintah, sehingga melemahkan independensi dewan.

  2. Erosi Kemandirian Operasional: RUU baru mungkin memuat pasal-pasal yang mengubah struktur organisasi, pendanaan, atau mekanisme pengambilan keputusan internal dewan sedemikian rupa sehingga dewan menjadi lebih bergantung pada persetujuan atau arahan pemerintah. Hal ini bisa mengubah Japanese Science Council dari badan penasihat independen menjadi semacam badan administrasi di bawah kendali eksekutif.

  3. Ancaman terhadap Kebebasan Akademik: Kemandirian Japanese Science Council sering dilihat sebagai perpanjangan dari prinsip kebebasan akademik yang fundamental. Jika lembaga yang mewakili komunitas ilmiah dikontrol oleh pemerintah, dikhawatirkan para ilmuwan akan merasa tertekan atau khawatir pandangan objektif mereka (terutama yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah) tidak dapat tersuarakan atau akan berdampak negatif pada karier mereka. Tokyo Bar Association, sebagai penjaga prinsip-prinsip konstitusional, akan melihat ini sebagai potensi ancaman terhadap kebebasan akademik.

  4. Fungsi Badan Penasihat Independen: Peran Japanese Science Council sebagai pemberi nasihat independen adalah kunci. Jika kemandiriannya terkikis, kualitas dan objektivitas nasihat sains kepada pemerintah bisa terpengaruh. Ini bukan hanya masalah bagi komunitas ilmiah, tetapi juga bagi masyarakat luas yang bergantung pada kebijakan berbasis bukti.

Mengapa Ini Penting dari Sudut Pandang Hukum/Konstitusi?

Dari perspektif hukum dan konstitusi, Tokyo Bar Association mungkin melihat RUU ini berpotensi: * Mengganggu keseimbangan antara pemerintah (eksekutif) dan badan penasihat ahli yang seharusnya independen. * Mengikis prinsip kebebasan akademik yang dianggap sebagai bagian dari hak asasi manusia yang dilindungi konstitusi. * Melemahkan peran penting badan ahli dalam proses pembentukan kebijakan publik yang rasional dan berbasis bukti.

Kesimpulan

Kolom yang diterbitkan oleh Tokyo Bar Association pada Mei 2025 ini merupakan sinyal penting bahwa Rancangan Undang-Undang Dewan Ilmu Pengetahuan Jepang menghadapi penolakan dan kekhawatiran serius dari kalangan profesional hukum. Kekhawatiran utama berkisar pada potensi RUU tersebut untuk mengikis kemandirian Japanese Science Council, mempengaruhi kebebasan akademik, dan mengurangi kemampuan dewan untuk memberikan nasihat yang objektif dan independen kepada pemerintah.

Publikasi seperti ini berfungsi untuk meningkatkan kesadaran publik dan mendesak pembahasan yang hati-hati atas RUU tersebut, mempertimbangkan keberatan yang diajukan oleh komunitas ilmiah dan profesional hukum, demi menjaga integritas lembaga sains dan prinsip-prinsip konstitusional di Jepang.


憲法問題対策センターコラムに「第39回「日本学術会議法案の問題点」(2025年5月号)」を掲載しました

AI telah menyampaikan berita.

Pertanyaan berikut digunakan untuk mendapatkan jawaban dari Google Gemini:

Tinggalkan komentar