Janji Dunia untuk Mengakhiri Pekerja Anak di Tahun 2025 Terancam Gagal: Mengapa 138 Juta Anak Masih Bekerja?,Economic Development


Baik, berikut adalah artikel terperinci berdasarkan berita dari PBB berjudul “The world pledged to end child labour by 2025: So why are 138 million kids still working?” yang diterbitkan pada 11 Juni 2025, dengan fokus pada pengembangan ekonomi dan ditulis dalam bahasa Indonesia yang mudah dipahami:

Janji Dunia untuk Mengakhiri Pekerja Anak di Tahun 2025 Terancam Gagal: Mengapa 138 Juta Anak Masih Bekerja?

Dunia telah berjanji untuk mengakhiri praktik pekerja anak pada tahun 2025. Janji ini merupakan bagian dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB yang ambisius. Namun, dengan tenggat waktu yang sudah dekat, ironisnya masih ada sekitar 138 juta anak di seluruh dunia yang dipaksa bekerja. Situasi ini menimbulkan pertanyaan penting: mengapa janji mulia ini terancam gagal, dan apa implikasinya terhadap pembangunan ekonomi global?

Mengapa Janji Itu Terancam Gagal?

Beberapa faktor utama menyebabkan lambatnya kemajuan dalam memberantas pekerja anak:

  • Kemiskinan yang Merajalela: Kemiskinan ekstrem adalah pendorong utama pekerja anak. Keluarga yang berjuang untuk bertahan hidup seringkali terpaksa mengirim anak-anak mereka bekerja untuk menambah pendapatan. Anak-anak ini bekerja di berbagai sektor, mulai dari pertanian, pertambangan, hingga pekerjaan rumah tangga, seringkali dengan kondisi yang berbahaya dan eksploitatif.
  • Kurangnya Akses Pendidikan: Kurangnya akses pendidikan berkualitas memaksa banyak anak untuk mencari pekerjaan sebagai alternatif. Ketika pendidikan tidak terjangkau atau tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat, anak-anak lebih rentan dieksploitasi sebagai tenaga kerja murah.
  • Konflik dan Krisis Kemanusiaan: Konflik bersenjata dan krisis kemanusiaan menciptakan kondisi yang sangat rentan bagi anak-anak. Dalam situasi kekacauan dan pengungsian, anak-anak seringkali menjadi target perekrutan oleh kelompok bersenjata atau dipaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga mereka.
  • Penegakan Hukum yang Lemah: Penegakan hukum yang lemah dan korupsi di banyak negara memungkinkan praktik pekerja anak terus berlanjut. Perusahaan-perusahaan yang tidak bertanggung jawab mempekerjakan anak-anak untuk memangkas biaya produksi, sementara pemerintah kurang mampu atau tidak mau untuk menindak praktik ilegal ini.
  • Perubahan Iklim: Fenomena perubahan iklim juga memperburuk situasi. Bencana alam seperti kekeringan dan banjir dapat menghancurkan mata pencaharian keluarga, memaksa mereka untuk mengandalkan pendapatan dari anak-anak.

Implikasi Terhadap Pembangunan Ekonomi:

Praktik pekerja anak memiliki implikasi jangka panjang yang merugikan bagi pembangunan ekonomi:

  • Hilangnya Modal Manusia: Pekerja anak menghambat perkembangan fisik dan mental anak-anak. Mereka kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang diperlukan untuk menjadi tenaga kerja yang produktif di masa depan. Akibatnya, negara-negara dengan tingkat pekerja anak yang tinggi cenderung mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat.
  • Siklus Kemiskinan: Pekerja anak melanggengkan siklus kemiskinan. Anak-anak yang bekerja seringkali terjebak dalam pekerjaan bergaji rendah dan tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Hal ini berdampak pada produktivitas dan daya saing ekonomi secara keseluruhan.
  • Dampak Kesehatan: Pekerja anak seringkali terpapar pada kondisi kerja yang berbahaya, yang dapat menyebabkan cedera, penyakit, dan bahkan kematian. Biaya pengobatan dan rehabilitasi anak-anak pekerja ini membebani sistem kesehatan dan mengurangi produktivitas ekonomi.
  • Reputasi Negara: Negara-negara dengan tingkat pekerja anak yang tinggi seringkali menghadapi sanksi ekonomi dan boikot dari konsumen yang peduli. Hal ini dapat merusak reputasi negara dan mengurangi investasi asing.

Apa yang Perlu Dilakukan?

Untuk mencapai tujuan mengakhiri pekerja anak, diperlukan upaya yang terkoordinasi dan komprehensif dari semua pihak:

  • Pemberantasan Kemiskinan: Program-program pengentasan kemiskinan yang efektif, seperti bantuan tunai bersyarat dan program jaminan pekerjaan, dapat membantu mengurangi tekanan ekonomi pada keluarga dan mengurangi ketergantungan mereka pada pendapatan anak-anak.
  • Peningkatan Akses Pendidikan: Investasi dalam pendidikan berkualitas, terutama di daerah-daerah terpencil dan miskin, sangat penting untuk mencegah anak-anak memasuki dunia kerja. Sekolah harus dibuat lebih terjangkau dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
  • Penegakan Hukum yang Lebih Kuat: Pemerintah harus memperkuat penegakan hukum terhadap praktik pekerja anak. Perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan anak-anak harus dihukum dengan tegas, dan inspeksi tenaga kerja harus ditingkatkan.
  • Kerjasama Internasional: Negara-negara maju harus memberikan bantuan keuangan dan teknis kepada negara-negara berkembang untuk membantu mereka memberantas pekerja anak. Kerjasama internasional juga diperlukan untuk mengatasi masalah pekerja anak lintas batas, seperti perdagangan manusia.
  • Kesadaran Publik: Kampanye kesadaran publik dapat membantu meningkatkan kesadaran tentang bahaya pekerja anak dan mendorong masyarakat untuk mengambil tindakan. Konsumen dapat memilih untuk membeli produk dari perusahaan yang tidak mempekerjakan anak-anak, dan aktivis dapat mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan yang lebih kuat.

Kesimpulan:

Meskipun janji untuk mengakhiri pekerja anak pada tahun 2025 terancam gagal, masih ada waktu untuk mengambil tindakan. Dengan komitmen politik yang kuat, investasi yang tepat, dan kerjasama dari semua pihak, kita dapat menciptakan dunia di mana semua anak memiliki kesempatan untuk tumbuh, belajar, dan bermain, bukan bekerja. Memberantas pekerja anak bukan hanya kewajiban moral, tetapi juga investasi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.


The world pledged to end child labour by 2025: So why are 138 million kids still working?


AI telah menyampaikan berita.

Pertanyaan berikut digunakan untuk mendapatkan jawaban dari Google Gemini:

Pada 2025-06-11 12:00, ‘The world pledged to end child labour by 2025: So why are 138 million kids still working?’ telah diterbitkan menurut Economic Development. Silakan tulis artikel terperinci dengan informasi terkait secara mudah dipahami. Tolo ng jawab dalam bahasa Indonesia.


75

Tinggalkan komentar