
Tentu, ini artikel yang Anda minta:
Mantan Peretas NATO: “Di Dunia Maya, Tidak Ada yang Namanya Gencatan Senjata”
Gencatan Senjata Konvensional Tak Berlaku di Ranah Digital, Ancaman Siber Tetap Nyata
Jakarta – Pada tanggal 28 Juni 2025, sebuah artikel menarik diterbitkan oleh The Register dengan judul “Ex-NATO hacker: ‘In the cyber world, there’s no such thing as a ceasefire'”. Artikel ini menyoroti pandangan seorang mantan peretas yang pernah terlibat dalam operasi NATO, yang dengan tegas menyatakan bahwa konsep gencatan senjata, sebagaimana kita pahami dalam konflik fisik, tidak berlaku di dunia maya. Pernyataan ini datang di tengah berbagai ketegangan geopolitik yang seringkali turut merembet ke ranah siber.
Menurut laporan The Register, peretas anonim ini berbagi pandangannya tentang sifat peperangan di era digital. Intinya, di dunia maya, batasan dan perjanjian yang menghentikan tembakan senjata api tidak serta merta menghentikan serangan siber. Sifat serangan siber yang seringkali tersembunyi, dapat dilakukan dari jarak jauh, dan memiliki dampak yang luas namun tidak terlihat secara fisik, menjadikannya arena yang berbeda sama sekali.
Mengapa Gencatan Senjata Siber Sulit Terwujud?
Ada beberapa alasan fundamental mengapa “gencatan senjata” di dunia maya menjadi konsep yang sulit diwujudkan:
- Sifat Serangan yang Anonim dan Tidak Terdeteksi: Sangat mudah bagi aktor negara maupun non-negara untuk melancarkan serangan siber tanpa meninggalkan jejak yang jelas. Ini membuat atribusi serangan menjadi sulit, dan ketika tidak ada pihak yang jelas bertanggung jawab, sulit pula untuk menegakkan perjanjian gencatan senjata.
- Kemampuan Serangan Berkelanjutan: Sekali sebuah pintu belakang (backdoor) terbuka di sebuah sistem, aktor jahat bisa saja terus memanfaatkannya tanpa diketahui, bahkan ketika ada “gencatan senjata” formal. Perangkat lunak berbahaya (malware) yang sudah terpasang bisa tetap aktif dan siap digunakan kapan saja.
- Perbedaan Definisi “Serangan”: Apa yang dianggap sebagai “serangan siber” oleh satu pihak bisa saja dianggap sebagai “aktivitas intelijen” atau “upaya pertahanan” oleh pihak lain. Tidak ada konsensus global yang jelas mengenai ambang batas apa yang memicu tindakan balasan.
- Motivasi yang Beragam: Serangan siber tidak hanya didorong oleh motif militer. Ada juga motif ekonomi, ideologis, atau bahkan vandalisme digital murni. Keberagaman motivasi ini membuat perjanjian gencatan senjata yang spesifik menjadi rumit.
- Perlombaan Senjata Siber yang Berkelanjutan: Negara-negara terus berinvestasi dalam kemampuan siber mereka, baik untuk tujuan ofensif maupun defensif. Pengembangan alat dan teknik baru berarti bahwa ancaman siber selalu berevolusi, membuat upaya untuk menghentikan aktivitas ini menjadi tantangan permanen.
Implikasi Bagi Keamanan Global
Pandangan dari mantan peretas NATO ini memberikan gambaran yang suram namun realistis tentang lanskap keamanan siber saat ini. Ini berarti bahwa negara-negara dan organisasi harus selalu siap menghadapi ancaman siber, terlepas dari apakah ada konflik terbuka atau tidak.
- Perlunya Pertahanan Siber yang Proaktif: Daripada hanya bereaksi terhadap serangan, penting untuk berinvestasi dalam pertahanan siber yang proaktif, termasuk mendeteksi ancaman sebelum mencapai target, memperkuat sistem, dan melatih sumber daya manusia.
- Kolaborasi Internasional Tetap Krusial: Meskipun sulit mencapai “gencatan senjata” formal, kerja sama internasional dalam berbagi informasi ancaman, mengembangkan norma perilaku siber, dan memerangi kejahatan siber tetaplah vital.
- Kesadaran Publik dan Edukasi: Masyarakat umum juga perlu meningkatkan kesadaran tentang ancaman siber. Kebiasaan digital yang aman, seperti menggunakan kata sandi yang kuat dan berhati-hati terhadap email phishing, dapat mengurangi risiko serangan.
Artikel The Register ini menjadi pengingat penting bahwa medan perang di abad ke-21 tidak hanya ada di darat, laut, dan udara, tetapi juga di dunia maya. Dan di medan perang digital ini, musuh tidak pernah benar-benar tidur, dan tidak ada tombol jeda yang bisa ditekan untuk menghentikan semua aktivitas berbahaya. Perlindungan siber adalah sebuah upaya yang konstan dan terus-menerus.
Ex-NATO hacker: ‘In the cyber world, there’s no such thing as a ceasefire’
AI telah menyediakan berita.
Pertanyaan berikut digunakan untuk mendapatkan jawaban dari Google Gemini:
The Register menerbitkan ‘Ex-NATO hacker: ‘In the cyber world, there’s no such thing as a ceasefire” pada 2025-06-28 14:01. Harap tulis artikel terperinci tentang berita ini, termasuk informasi terkait, dengan nada yang ramah dan mudah diakses. Harap balas hanya dengan artikel dalam bahasa Indonesia.